KOTA MALANG - Timbunan sampah terutama dari kemasan skincare membuat dua dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya, Wifka Rahma Syauki dan Wayan Weda Asmara Dewi tergerak.
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, kedua dosen perempuan ini aktif menyuarakan kampanye lingkungan untuk peduli pada sampah plastik. Salah satunya dengan mengumpulkan sampah skincare.
Wifka Rahma Syauki, Selasa (2/8/2022) mengatakan pihaknya memilih kemasan skincare karena berdasarkan penelitian di tahun 2020, industri kecantikan menghasilkan 120 miliar kemasan tiap tahunnya.
“Kebanyakan kemasan tersebut tidak dapat didaur ulang. Apalagi residu skincare yang menempel pada kemasan ternyata sangat berbahaya bagi lingkungan, ” paparnya.
Untuk melancarkan proses pengumpulan sampah skincare ini, Prodi Ilmu Komunikasi UB menggandeng Marrine Buddies Malang, salah satu NGO di bawah WWF yang aktif melakukan Gerakan peduli lingkungan. Salah satu cara mengumpulkan sampah skincare, mereka membuka booth di FISIP bagi yang ingin berpartisipasi.
Sampah skincare yang dikumpulkan dari berbagai aktifitas pun menyentuh angka hingga 10 kilogram. Wifka menjelaskan hasil dari pengumpulan sampah skincare tersebut disalurkan kembali ke Bank Sampah El Tari.
Wifka berharap kegiatan pengabdian masyarakat yang fokus pada kampanye komunikasi lingkungan ini bisa menjadi strategi perubahan perilaku masyarakat.
“Pengelolaan sampah kemasan skincare belum maksimal jika tidak didukung kesadaran dari sisi konsumen untuk berpartisipasi aktif dan bijak pada kemasan sisa skincare, ” jelasnya.
Ia menambahkan perusahaan sendiri juga harus lebih mempertimbangkan penggunaan kemasan yang bersifat sustainable atau bisa didaur ulang.
“Rencananya target tahun depan kami akan mengikutsertakan produsen atau dari sisi industri agar keberlanjutan program dapat konsisten dan kepedulian lingkungan semakin tinggi, ” sambung Wifka.
Sementara itu, Faqiha Salme, perwakilan Marrine Buddies mengatakan program collect your skin care merupakan sebuah aksi untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli pada kemasan bekas skincare.
Faqiha juga menyampaikan bahwa kadar peduli lingkungan seseorang dianalogikan sebagai kadar keimanan.
“Orang yang setidaknya membuang sampah pada tempatnya sudah bisa disebut dengan orang beriman, jadi bila kadar keimanan ingin naik maka bisa dikembangkan dengan memilah sampah, atau sampai pada mengelola sampah tersebut, ” pungkasnya.(Humas Fisip/Humas UB)