SURABAYA - Permasalahan buang air besar (BAB) sembarangan masih menjadi isu kesehatan yang serius di Indonesia, tak terkecuali di Kota Surabaya. Berangkat dari kesadaran akan pentingnya stop BAB sembarangan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bertekad membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meraih status Open Defecation Free (ODF) melalui Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) 1.000 Jamban.
Ketua pelaksana Abmas Ir Eddy Setiadi Soedjono Dipl SE MSc PhD mengungkapkan, pelaksanaan Abmas 1.000 Jamban dilatarbelakangi oleh rasa prihatin kepada masyarakat yang tidak memiliki jamban di rumah.
Baca juga:
Babinsa Sukolilo Patroli dan Pantau Wilayah
|
Menurutnya, mempunyai jamban merupakan suatu keharusan dan termasuk kebutuhan primer manusia. “Jika tidak memiliki jamban bukan hanya rugi kesehatan, tetapi juga melanggar hukum dan berdosa, ” jelas dosen yang akrab disapa Eddot ini, Selasa (26/7/2022).
Selain itu, lanjutnya, ITS sendiri berkeinginan kuat untuk membantu Kota Surabaya meraih status ODF atau kota bebas BAB sembarangan di tahun 2024 sesuai target Pemkot Surabaya. Eddot mengungkapkan, ITS berpartisipasi aktif membantu warga yang kediamannya tidak dapat dibangun dengan menggunakan uang negara.
Misalnya, rumah yang dibangun di atas lahan pengairan dan telah ditempati selama puluhan tahun. Dosen Departemen Teknik Lingkungan ini menyebutkan, masih terdapat 6.000 rumah yang tidak bisa dibangun menggunakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di Kota Surabaya.Bukan sekedar ucapan belaka, memasuki tahun ke-5 pengabdiannya, ITS telah membangun lebih dari 200 jamban sehat untuk masyarakat Surabaya.
Langkah pengabdian ini diawali dengan pembangunan jamban sehat di area ring satu, yaitu daerah yang berbatasan langsung dengan ITS. Di antaranya Kelurahan Gebang Putih, Kejawan Putih Tambak, dan Keputih. Hasilnya, Kelurahan Gebang Putih dan Kejawan Putih Tambak berhasil dinobatkan sebagai kelurahan berstatus ODF.
Dengan pencapaian tersebut, ITS semakin gencar melebarkan sayap pengabdiannya dengan membantu Kelurahan Medokan Semampir dan Keputih.
Eddot mengungkapkan, ITS telah membangun total 34 jamban sehat di Kelurahan Medokan Semampir. Sementara di Kelurahan Keputih sendiri masih tersisa 50 rumah yang belum memiliki jamban sehat setelah dilakukan pembangunan lebih dari 30 jamban sehat di tahun 2020.
“Semoga Kelurahan Medokan Semampir dan Keputih bisa meraih status ODF, ” ucapnya penuh harap.
Untuk memaksimalkan kebermanfaatan Abmas timnya, Eddot memaparkan bahwa sejak dua tahun lalu pelaksanaan Abmas ini telah diperbarui menggunakan skenario KKN, sehingga mahasiswa dapat ikut berkontribusi bagi masyarakat.
Baginya, melibatkan mahasiswa merupakan langkah yang sangat baik untuk mengasah kepedulian sosial generasi muda. Pakar ITS di bidang sanitasi ini menjelaskan, mahasiswa berperan melakukan pendataan sasaran bantuan sekaligus melakukan survei ke rumah penduduk ditemani oleh perangkat desa atau warga setempat.
Eddot menjelaskan, setelah melakukan survei lapangan dilakukan proses pemicuan oleh tim ahli ITS untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. Warga yang menjadi sasaran bantuan dikumpulkan di pendopo atau kantor kelurahan setempat untuk menerima penyuluhan mengenai pentingnya jamban sehat.
Untuk proses pemicuannya sendiri, lanjut Edot, harus dihadiri oleh minimal 30 persen perempuan dan orang miskin. “Perempuan yang sudah menstruasi dan masih bisa hamil sangat dirugikan bila tidak ada jamban, ” tambahnya.
Di masa depan, Eddot menegaskan bahwa ITS akan terus melebarkan pergerakannya agar semakin banyak daerah terverifikasi meraih status ODF. Tidak hanya di Kota Surabaya, namun juga perlahan diperluas pencapaiannya ke seluruh Indonesia.
Ia berharap melalui inisiatif ITS akan semakin banyak perguruan tinggi yang turut bergabung menyelesaikan permasalahan jamban. Sebab, menurutnya, permasalahan jamban adalah masalah bersama, bahkan menjadi persoalan dunia. “Jamban adalah hak asasi manusia, ” tandasnya mengingatkan. (HUMAS ITS)
Reporter: Zanubiya Arifah Khofsoh